Photo : Kondisi Saat ini, SD Babakan 3 Kec. Ciwidey
Pewarta : Tim Liputan Khusus
Koran SINAR PAGI, Kab. Bandung,- Pelaksanaan rehabilitasi fisik ruang kelas bangunan tingkat SDN Babakan 3 di lingkungan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, mulai menuai sorotan media dan lembaga, begitu juga salah satu tokoh masyarakat Ciwidey yang namanya minta si samarkan (BS) , mengatakan kepada Tim Liputan Koran SINAR PAGI, Sabtu (9/11) di kediamanya, agar diawasi semua pihak. Pasalnya, pada pelaksanaan rehab tersebut diduga kuat terjadi mark up dan molor Jelas nya,
Hasil investigasi ” Koran SINAR PAGI” di lapangan, pelaksanaan rehab kelas “SDN BABABKAN TIGA , dengan Ruang kelas tingkat terkesan tidak transparan. Hal ini terbukti dengan ada bahan material yang digunakan diduga sebagian sebagian matrial bekas (material dari bangunan lama). Selain itu, juga tidak terpampangnya gambar rencana pembangunan termasuk Rencana Belanja (RB), hingga diduga kuat pelaksanaan pembangunan tidak mengacu pada sepesifikasi gambar rencana.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat yang enggan disebut jati dirinya, ditemui “KORAN SINAR PAGI ” mengatakan, anggaran biaya rehab, nilainya sebesar Rp 472.960.000.00 juta lebih, bersumber dari Dana Alokask khusus (DAK) Bidang Pendidikan Kabupaten Bandung, yang diperuntukkan rehab 4 lokal ruangan kelas. Namun menurutnya, pada pelaksanaan pembangunan dinilai biayanya tidak akan mencapai Rp 472 juta.
“Diperkirakan kurang lebih hanya mengahabiskan dana Rp 350 juta. Maka dari itu, pelaksanaan pembangunan rehab tersebut ditenggarai terjadi mark up,” dua lokal bangunan lama semua tidak di bongkar, semua hanya di pasang pembesiasan, dan ganti kusen kusen, sedangkan untuk yang ditingkat atas baru semua Sangatlah disayangkan begitu besar anggaran yang di gunakan, namun bangunan sekolah belum bisa di gunakan, terlihat jelas lemahnya pengawasan dari Dinas pendidikan teruatama Kasi Sarana yang harus turun langsung kelapangan bukan hanya terima laporan foto dokumentasi via Wahstap saja??

Masih kata Tokmas, inilah hasil kerja pengawasan kalau terima laporan di bawah meja, terbukti jelas, pembangunan ruang kelas tingkat SDN Babakan 3, Kecamatan Ciwidey molor, namun pihak yang berkompeten tidak melakukan teguran kepada pihak P2S SDN Babakan 3. Masih banyak sekolah yang seharusnya layak menerima bantuan tetapi tidak mendapatkan, Padahal sangatlah disayangkan terkadang sekolah penerima manfaat terkadang tidak sesuai dengan realita yang terjadi dilapang, contoh sekolah yang fasilitas ruang kelas masih bagus dan sarana Toilet masih layak dipakai sudah menerima bantuan lagi. Malah sebaliknya sekolah yang kondisinya rusak, seperti, SDN Baros 1, Kec. Arjasari dan SDN Purbasari, Kec. Pangalengan kondisi Ruang Guru peninggalan Belanda yang sudah tidak layak masih dipergunakan, dan para siswa buang Air Kecil harus lari ke Kebun sekitar sekolah, atau dihalaman belakang karena WC nya tidak layak pakai( Dok Foto)
Semua tidak terlepas lemahnya evaluasi dan skala prioritas yang disampaikan Kordinator wilayah Kecamatan ke tingkat Kabupaten. Bahkan tidak konkrit dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan atau dugaan adanya birokrasi yang berbelit belit antara kordinator wilayah dengan pejabat Disdik yang memungkinkan terjadi penyimpangan penerima bantuan. “Saya ikut prihatin bahkan ada salah satu sekolah di wilayah lingkungan Kecamatan Arjasari yang tidak memiliki WC hinga murid murid harus baung air kecil di kebun, “ucapnya