Oleh: Wawan Lulus Setiawan *)
Saat ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi andalan pemerintah di bidang pendidikan dengan tujuan menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi/keterampilan yang siap kerja. Oleh karena itu menarik untuk menelisik bagaimana kondisi SMK di tanah air, khusunya di Jawa Barat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena guru adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai pelaksana pendidikan di sekolah.
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan (Asf & Mustofa, 2013, hlm. 155). Undang–undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang mengangkat status guru dan dosen professional harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Undang – undang tersebut menjadi landasan yang kuat agar guru mempunyai kinerja yang baik.
Di Indonesia kinerja guru masih terbilang rendah. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Efa, 2016, hlm. 177) mutu dan kualitas guru ditanah air saat ini masih rendah, ditunjukkan dengan hasil uji kompetensi yang dilakukan selama 3 tahun terakhir menjukkan kualitas guru Indonesia masih sangat rendah. Daya saing pendidikan Indonesia pun rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Daya saing pendidikan ini merupakan salah satu indikator penting yang menggambarkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama rendahnya kinerja guru.
Pusat data dan statistik pendidikan dan kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) juga menunjukkan bahwa data kinerja guru yang rendah. Secara nasional kinerja guru dikdasmen sebesar 76,43 termasuk kategori kurang. Total 30 Provinsi berada pada kategori kurang dan hanya 4 provinsi yang termasuk pratama, yaitu Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Bali. Provinsi yang termasuk kategori kurang dengan nilai kurang dari 60 di 16 provinsi. Perbedaan antara nilai guru disdakmen tertinggi dan terendah menunjukkan disparitas guru disdakmen antarprovinsi sebesar 9,37 yang cukup besar walau kurang dari 10%.
Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa kinerja guru di Jawa Barat termasuk kategori kurang. Dari sumber yang sama di Jawa Barat Kinerja Guru yang paling kecil adalah Guru pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan dengan nilai 71,61. Kinerja guru SMK di Jawa Barat ini adalah yang terkecil di Indonesia. Data tersebut dapat digambarkan melalu grafik berikut:
Kinerja Kepala Sekolah dan Guru SMK Tiap Provinsi 2016.
Sumber: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan 2016
(Data Diolah)
Kinerja guru merujuk kepada perilaku guru dalam melaksanakan pekerjaan keguruannya, yaitu mengajar. Kesungguhan dan kontribusi maksimal guru-guru di dalam melaksanakan tugasnya akan terlihat dengan sangat jelas dalam prestasi belajar para siswa. Hal ini merupakan indikator untuk menentukan tingkat pencapaian hasil nyata antara rencana dan realisasi program kerja sekolah (Redan Werang, 2012, hlm. 2). Tentunya hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah, di Jawa Barat. Berikut adalah grafik yang menjelaskan mengenai fenomena ini:
Hasil UN SMK: 2017 (Jawa Barat)
Sumber: Neraca Pendidikan Daerah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Data Diolah)
Kondisi ini menarik untuk bertanya lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Syamra, 2016, hlm. 260 menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah daya tarik pekerjaan, kompensasi/gaji, keamanan dan perlindungan kerja, pengetahuan, manajemen kelas, lingkungan dan suasana kerja, harapan pengembangan karir dalam pengembangan organisasi, perhatian dan kepemimpinan.
Dalam kajian Penulis, faktor – faktor suasana kerja, harapan pengembangan karir, perhatian dan kepemimpinan adalah merupakan subvariabel dari faktor komunikasi organisasi yang dibangun di lingkungan sekolah, baik komunikasi antara kepala sekolah dan guru, maupun komunikasi di antara sesama guru di lingkungan sekolah. Komunikasi adalah faktor penting, karena komunikasi adalah ruh dari sebuah organisasi termasuk di sekolah. Faktor-faktor inilah yang selayaknya menjadi perhatian Pemerintah untuk meningkatkan kinerja guru SMK.
*) Dr.Ir.Wawan Lulus Setiawan, MSc.AD. Lektor Kepala pada Program Pasca Sarjana Institut Manajemen Koperasi Indonesia