Pewarta : Jeky

Koran SINAR PAGI, Sumedang,- Peserta seminar Widi Pananjung dari Puser Rukun Wargi Sumedang (RWS) berharap Gamelan Sari Oneng Parakansalak bisa diabadikan di Guinnes Book of Record.

Hal itu ia sampaikan saat mendapat kesempatan menyampaikan pernyataan di depan 2 (dua) orang pemateri Gabriel Laufer seorang etnomusikokogi dari Brusel Belgia, dan Sarah Anais Andrieu seorang Peneliti Budaya Sunda dari Francis yang keduanya sudah tinggal di Indonesia, diacara seminar internasional bertajuk, ‘Gamelan Sarioneng Parakansalak, Budaya Sunda dan Tantangan Era Industri 4.0, bertempat di Gedung Negara, Sumedang Jawa Barat, Minggu, (17/03/19).

“Saya mengusulkan kepada Ceu Sarah dan Kang Gabriel agar bisa mengupayakan Gamelan Sarioneng Parakansalak bisa masuk di Guinnes Book of Record”, ujar nya yang disambut riuh para peserta lain.

Menurut informasi yang dihimpun koransinarpagijuara.com, Gamelan Sarioneng Parakansalak tak lepas dari satu Kecamatan Parakansalak di Kabupaten Sukabumi.

Parakansalak merupakan perkebunan teh atau kini disebut PT.Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII yang pada tahun 1857 masih dipimpin oleh seorang Administratur Perkebunan bernama Adriaan Wilrafen Hole seorang Belanda yang di tahun 1825 ia memesan gamelan ke pandai besi di Sumedang.

Menurut beberapa sumber, kenapa disebut Parakansalak, diinformasikan karena seluruh nayaga nya atau penabuhnya berasal dari daerah Parakansalak, namun disayangkan semua nayagaitu kini sudah meninggal dunia.

Menurut literatur, perangkat gamelan Itu, ancag (rangka) nya dipesan dari pengrajin kayuThailand, hingga tak heran bentuk gamelanya ada bentuk singa dan lainya yang menggambarkan negeri Muangthai.

Dijaman itu, Gamelan ‘Sarioneng Parakansalak’ dipakai alat untuk mempromosikan hasil rempah – rempah perkebunan Indonesia seperti, teh, kopi, coklat, kakao, di tanah eropa, tak heran jika gamelan itu pernah singgah dibeberapa negara, seperti Francis, Belanda dan juga Amerika.

Penjelajahan gamelan itu di daratan eropa, tak lepas dari peran Gustaf Mundt, pengganti Hole. Disebutkan sebelumnya karena kegemaranya kepada seni gamelan, hingga akhirnya Adriaan Walrafen Hole pun mahir memainkan salah satu alatnya yaitu rebab. Diceritakan jika sang Administratur Hole, saat itu ia melakukan pemesanan gamelan secara bertahap ke pandai besi Sumedang hingga ia mempunyai koleksi 5 (lima) set gamelan.

Selanjutnya, saat Administratur perkebunan itu diganti Gustaf Mundt. Di tahun 1883 Gustaf Mundt memboyong 2 (dua) set gamelan ke Belanda melalui kapal laut dalam upaya mempromosikan hasil rempah – rempah,,teh, kopi, kakao yang jadi primadona Hindia Belanda saat itu . Dan sejak saat itu kedua nya tak pernah kembali lagi ke Sukabumi. Namun menurut beberapa keterangan salah satunya kini disimpan di musium Leiden Belanda.

Berikutnya, 2 (dua) set lagi di tahun 1889 Gamelan Sari Oneng, beserta seluruh pemainnya atau nayaga dan penarinya diboyong ke Paris Perancis, saat itu juga masih dalam misi promosi dagang hasil rempah – rempah sekaligus juga ikut memeriahkan peresmian menara Eifel.

Dari 2 (dua) set itu, salah satunya kembali lagi ke Sukabumi yang kini dititipkan di Musium Geusan Ulun Sumedang.

Menurut Ketua Puseur Rukun Wargi Sumedang (RWS) Iwa Kuswaeri, menuturkan 1 (satu) dari 5 (lima) set Gamelan Sari Oneng Parakansalak, ada di Chicago Amerika.

“Dari penuturan pemateri tadi (Sarah Anais Andrieu), Gamelan Sari Oneng Parakansalak itu ada 5 (lima) set, 2 (dua) di Belanda, 1 (satu) di Chicago Amerika, dan 2 (dua) lagi di Perancis”, ujarnya.

Dan, masih dikatakan Iwa, setelah dipakai memeriahkan peresmian Menara Eifel di Paris Perancis, masa itu satu set gamelan kembali lagi ke Indonesia yang kini ada di Musium Sumedang, terang nya, kepada koransinarpagijuara.com, seusai acara seminar Internasional Budaya, di Gedung Negara, Sumedang Jawa Barat, Minggu, (17/03/19).

Direlease dari Musium Prabu Gesan Ulun Sumedang, Gamelan Sari Oneng Parakansalak, pada tahun 1883 ikut pameran internasional di Amsterdam dalam rangka pameran teh sedunia. Pada tahun 1889 ikut Pametan expositioan universelle dalam rangka promis teh di Paris, dan pada tahun 1893 ikut pameran promosi teh Chicago, dan pada tahun 1942 gamelan Sar Oneng Parakansalak dserahkan kepada Bupati Sukabumi yaitu R.A.A Soeria Danormeningrat.

Di tahun 1975 R.A.A Soeria Danoeningrat wafat, maka para ahli waris menitipkan Gamelan Sari Oneng Parakansalak kepada Musium Prabu Gesan Ulun Sumedang.