Kamis, Mei 22, 2025

Kades Srijabo Ikuti Seminar Nasional TKPD

Pewarta : Heri Kusnadi

Koran SINAR PAGI, Ogan Ilir,- Demi Kemajuan Desa Srijabo, Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir, Herian SE,MM Kepala Desa Srijabo mengikuti Seminar Nasional Tata Kelola Pemerintahan Desa yang diadakan di Hotel Horison Ultima, Palembang (27/2/19).

Dalam seminar ini yang dihadiri oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo juga dihadiri oleh Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, Kapolda Sumsel Zulkarnain Adinegara, sejumlah Bupati di Sumatera Selatan, unsur Muspida Provinsi Sumatera Selatan, kepala desa, pendamping desa dan sejumlah pihak terkait dengan dana desa.

Menurut Herian dengan mengikuti seminar Nasional Tata Kelola Pemerintahan Desa untuk menambah wawasan serta ide baru untuk mengembangkan potensi desa, sesuai dengan keadaan alam dan cara pemanfaatannya kedepannya.

“Sebenarnya ini sudah kita jalankan selama mengelola dana dana desa. Namun dengan adanya seminar nasional yg di hadiri oleh pak mentri desa ini, kita mendapatkan insfirasi serta ide- ide yang baru untuk mengembangKan usaha dalam hal ini BUMDes sesuai dengan potensi desa masing – masing, seperti Desa Serijabo peralatan persedekahan, misalnya, panggung, alat prancisan korsi dll,” ujarnya.

Sementara Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat seminar dan workshop nasional tata kelola pemerintahan desa.

Dalam arahannya, Mendes PDTT, Eko Putro sandjojo menyampaikan bahwa tata kelola dana desa setiap tahunnya terus membaik. Hal itu dibuktikan dengan penyerapan dana desa yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari 82 persen pada awal dialokasikannya dana desa pada 2015 hingga menjadi 99 persen dana desa yang terserap pada 2018.

“Kalau kita lihat tata kelola dana desa itu jauh lebih baik. Dan itu diakui oleh banyak lembaga dunia. kita liat 2015 itu penyerapannya 82 persen dan tahun lalu sudah 99 persen. Penyerapan itu apa, dana desa itu dibagi dalam 3 tahap. Tahap berikut tidak akan bisa cair kalau laporan dan hasil audit tahap sebelumnya belum diterima dengan baik oleh inspektorat kabupaten. Jadi 99 persen itu berarti tata kelolanya sudah semakin baik,” katanya.

Tata kelola yang baik tersebut, kata Eko, merupakan kerja keras dari seluruh perangkat desa, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan dukungan pendampingan dari pendamping desa, serta dukungan dari Kepolisian RI, Kejaksaan, BPKP dan BPK yang memiliki komitmen kuat dalam membantu mengelola dana desa agar menjadi lebih baik dengan penyerapan yang terus meningkat.

Lebih lanjut Eko mengakui bahwa untuk penyaluran Dana Desa yang saat ini berjalan cukup baik bukan tanpa tantangan dan masalah. Berbagai permasalahan muncul terjadi karena pada awalnya kepala desa dan perangkat desa belum memiliki pengalaman mengelola keuangan negara, Desa belum memiliki perangkat yang lengkap untuk mengelola keuangan negara, dan kondisi geografis dan infrastruktur dasar di banyak desa masih sulit.

“Meskipun ada beberapa persoalan, dengan diawasi oleh banyak pihak, sehingga jumlah yang bermasalah sangat kecil jika dibandingkan dengan yang memanfaatkan Dana Desa dengan baik,” katanya.

Pengawasan penyaluran dana desa, tambah Eko, Kemendes PDTT telah bekerjasama dengan berbagai pihak seperti dengan kepolisian, kejaksaan, KPK dan pihak lainnya agar penyalurannya berjalan dengan lancar.

“Setiap ada penyelewengan itu dilaporkan ke inspektorat kabupaten setempat. Nanti kabupaten akan memproses, kalau memang ada penyelewengan nanti bisa dilaporkan kepenegak hukum atau langsung dilaporkan ke penegak hukum juga bisa tanpa perlu ke inspektorat kabupaten. Tapi untuk laporan ternyata banyak kasus karena kesalahan administratif saja. Kalau hanya kesalahan administratif kita sudah minta untuk tidak dikriminalisasi, kita berikan pendampingan agar tata kelola dana desa itu menjadi lebih baik,” katanya.

Lebih lanjut eko menyinggung terkait jumlah jalan desa sepanjang 191 ribu kilometer selama 4 tahun yang dibangun didesa-desa. Menurutnya, angka tersebut bila dibagi oleh 74.954 desa selama 4 tahun rata-ratanya sekitar 2,5 kilometer.

“Kalau setahun rata-ratanya sekitar 600 meter perdesa pertahun. Jadi ini bukam sim salabim. Infrastruktur yang terbangun dengan dana desa secara masiv selama 4 tahun ini tidak pernah terjadi dalam sejarah indonesia,” katanya

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru