Pewarta : adi/fitry
Koran SINAR PAGI, OKI
Penyakit Demam Berdarah atau yang dikenal dengan DBD di Kabupaten OKI khususnya di Kota Kayu Agung saat ini begitu merebak dan meresahkan masyarakat.
Betapa tidak kasus DBD ini jika tidak ditangani secara serius maka akan merengut nyawa sipenderita.
Sayangnya hal itu justru luput dari perhatian pemerintah dan dinas terkait. Hingga sejauh ini tidak ada sama sekali tindakan sebagai antisipasi pencegahan agar jangan sampai kasus DBD itu terus meningkat.
Ironisnya lagi, Dinas Kesehatan diketahui malah berdalih tidak memiliki anggaran untuk kegiatan foging ke tempat-tempat yang dianggap rawan akan bahaya DBD tersebut.
Sementara Pemkab OKI baik Bupati maupun Wakil Bupati juga dinilai hanya mementingkan kegiatan yang bersifat seremonial saja.
Sehingga hal itu cukup dikeluhkan dan membuat masyarakat menjadi kecewa atas kinerja pemerintah OKI yang dinilai tidak ada kepedulian terhadap lingkungan masyarakat yang sedang membutuhkan.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat Kelurahan Kutaraya, Kecamatan Kota Kayu Agung, Ahmad Akbar, kepada media ini, mengaku kecewa atas kinerja Dinas Kesehatan Kab.OKI yang tidak peduli akan kasus DBD yang kini menimpa masyarakat.
Dijelaskan, Akbar, sejauh ini untuk di Kelurahan Kutaraya sendiri tempatnya tinggal sudah banyak masyarakat yang terjangkit DBD mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Bahkan sudah ada yang meninggal dunia olehnya. Tetapi tidak ada tindakan sedikit pun dari dinas terkait.
Akbar pun mengatakan, jika sebelumnya dirinya pernah melaporkan hal tersebut ke dinas kesehatan agar mau melaksanakan foging sebagai upaya tindakan pencegahan.
Namun, ujar Akbar, pihak Dinas Kesehatan, yang tatkala itu dirinya diterima oleh Kabid P2P, Sugiarto, dengan tegas mengatakan jika Dinas Kesehatan tidak memiliki anggaran untuk kegiatan foging yang dimaksud.
Akbar sangat menyayangkan tidak adanya upaya dan etikad baik dinas kesehatan dalam pemberantasan dan pencegahan DBD yang kini sedang mewabah.
Bukankah sudah ketahui setiap tahunnya di Kabupaten OKI selalu terjangkit DBD, tetapi mengapa pemerintah justru pilih tutup mata dan bahkan tidak menganggarkan dana yang begitu penting menyangkut nyawa orang lain.
“Jujur aku kecewa nian samo dinas kesehatan, mada i katek anggaran untuk foging, kan aneh”, ujar Akbar geram.
Diakui Akbar, dirinya juga pernah berkordinasi dengan Camat Kota Kayu Agung akan DBD tersebut, dan ternyata Camat pun dijelaskan Akbar juga sudah melapor ke Dinas Kesehatan tapi hasilnya juga tidak digubris
Yang parahnya lagi, lanjut Akbar, Bupati dan Wakil Bupati yang ada sekarang sibuk dengan urusan masing-masing.
“Yo kalu Bupati samo Wakilnyo sibuk galo, Bupati sibuk main golf, Wakilnyo sibuk kondangan, bukan ngurus raknyatnyo”, ucap Akbar dengan nada ketus.
Jika pemerintah Kabupaten OKI tidak peduli akan penderitaan masyarakat akan keluhan masyarakat, terang Akbar, kepada siapa lagi mereka harus mengadu.
Apa mungkin harus mengadu sama pemerintah Kabupaten lain minta bantuan dan pertolongan sementara pemerintahan sendiri ada.
Kedepan, Akbar tetap berharap kiranya Pemerintah Kabupaten OKI bersama dinas terkait bisa tergugah hatinya akan kesusahan masyarakatnya dalam kasus DBD yang kini meresahkan.
Selain itu, meminta kepada pemerintah lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kegiatan yang sifatnya hanya seremonial.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas Kesehatan Kab.OKI, M.Lubis belum berhasil konfirmasi, begitu juga dengan Bupati dan Wakil Bupati OKI.