Pewarta : Bandi Sobandi
Koran SINAR PAGI, Ciwidey Bandung,- Fotografi tidak hanya berurusan dengan segala sesuatu yang bisa dilihat, melainkan juga dengan yang tidak terlihat (Duane Michals).
Apa yang dikatakan oleh Duane itu ada benarnya, fotografi tidak melulu berbicara Subyek orang yang memotret, juga Subyek orang yang melihat potret, atau keberadaan sebuah foto tentang ada (Dasein) juga ketiadaannya (makna) jika harus mengambil sudut pandang Heidegger.
Disisi lain Henri Cartier-Bresson berkata bahwa mata seorang fotografer bisa membawa koinsidensi garis hanya dengan menggerakan kepalanya dalam pecahan milimeter.
Ia bisa memodifikasi perspektif dengan hanya sedikit menekuk lututnya. Dengan meletakkan kamera lebih dekat atau jauh dengan subyek (subyek menurut Bresson adalah yang terfoto).
Dari ketiga apa yang dikatakan oleh para ahli tersebut, bisa dikatakan bahwa fotografi tidak hanya berbicara tentang sesuatu yang dipotret, namun juga tentang kebermaknaan dan itu bergantung pada fotografernya. Kebermaknaan bisa hadir ketika seseorang tahu tujuan ia memotret.
Berbagai genre lahir dari kebermaknaan itu hingga menjadi sebuah saksi sejarah dunia dan Fotografi dianggap sebagai saksi kebenaran sebab di dalamnya bisa menggambarkan kebenaran sesuai dengan aslinya. Itulah mengapa fotografi masih menjadi sesuatu yang akan terus ada di kolong langit ini, sebab ada kebenaran di dalamnya.
Tapi dengan adanya teknologi, kebenaran-kebenaran itu bisa jadi ditanyakan kembali sebab dengan adanya proses post processing di dalam benda yang bernama komputer, dengan program-program lainnya memungkinkan adanya kebenaran lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bumi Perkemahan Ranca Upas akan menggelar even photografi bertajuk Bandung Lautan Photographer (BLP) yang merupakan salah satu event besar yang berlangsung dari tahun ke tahun dengan maksud untuk terus mengabadikan segala sesuatu yang telah terjadi di dunia fotografi.
Kehadiran para fotografer sebagai orang yang memotret, dengan alat yang digunakan, juga perkembangan objek yang dihasilkan dari alat tersebut sepertinya akan cukup merangkum bagaimana perkembangan dunia fotografi di Jawa Barat khususnya, di Indonesia dan Dunia umumnya.
Teknologi berjalan dengan begitu cepat melebihi detik yang berganti, setiap detik entah ada berapa juta foto yang dipandang oleh mata manusia. BLP dengan animo yang setiap tahunnya selalu bertambah sangat bisa dijadikan ukuran, baik ilmiah ataupun tidak, untuk perkembangan dunia fotografi dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Pada perhelatan BLP yang ke-6, dengan tema “Humanature” ini, sebagai bukti kita tak pernah lepas dari alam dan mensyukurinya, akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 Desember 2018 di Kompleks Bumi Perkemahan Ranca Upas, Ciwidey.
BLP 2018 menawarkan sesuatu yang lain dari perhelatan sebelumnya seperti Gathering fotografer yang dikemas dengan Camping (Kemping), Pameran Foto, Hunting Landscape, Talkshow, Hunting 100 Model, Bazzar, Hunting Stage, Live Band, Live DJ, Api Unggun, dan tentu Full Camp itu sendiri.
Setelah tahun sebelumnya bisa mengumpulkan lebih dari 4.000 (empat ribu) para pegiat fotografi dan ratusan model yang menjadi cikal bakal ikon model di Bandung.
“Tentu saja kami berharap penyajian yang baru ini akan lebih bermakna, sebagaimana juga fotografi lahir sebagai kebermaknaan bagi yang memandangnya,” ucap Cluster Manager Ciwidey KBM ECO Tourism Perhutani, Isal Putrajaya, BSCF
Dia berharap dengan BLP kreatifitas akan terus terjaga dengan adanya pertemuan-pertemuan kreatif ini. “Kami mengundang siapa saja yang merasa kehidupannya dekat dengan dunia fotografi untuk merayakan kreatifitas dengan kreatif dalam perhelatan Bandung Lautan Photographer 2018,” tandasnya.