Minggu, Maret 23, 2025

Kepala Sekolah Bukan Sapi

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi, Politisi Pendidikan, Ketua PGRI Kota Sukabumi)

Ada sebuah kehilangan yang sangat merugikan bila tidak dijadikan pembelajaran. Kehilangan itu bukan berbentuk barang atau kebendaan. Melainan kehilangan momentum. Tragedi OTT di Kabupaten Cianjur adalah momentum untuk dijadikan pembelajaran dan perbaikan dunia pendidikan kita.

Manusia adalah makhluk terbaik yang Allah ciptakan. Manusia adalah maha karya Sang Maha. Ia wujud dari sebuah keagungan Illahi. Namun bila manusia tidak menempatkan dirinya sebagai makhluk terbaik, maka Ia bisa menjadi “maha binasa”. Bahkan manusia bisa menjadi makhluk yang derajatnya paling rendah diantara semua makhluk ciptaan Tuhan.

Manusia jauh lebih istimewa dibanding Malikat, Jin, Syeitan dan binatang. Namun manusia bisa jauh lebih hina dari Syeitan dan binatang bila akal dan rasanya tidak melahirkan akhlak yang mulia. Akhlak inilah menjadi pembeda apakah manusia itu derajatnya tinggi, tertinggi atau terendah? Rendah hati itu baik namun rendah derajat kemanusiaan itu sangatlah hina.

Melihat tragedi OTT di Kabupaten Cianjur, ada sebuah fakta menyedihkan. Menyedihkan terkait carut marutnya dunia pendidikan. Rusaknya akhlak manusia dalam wujud Kepala daerah, Kadisdik, kabidik, pengurus MKKS dan para kepala sekolah. Hal paling menyedihkan adalah tentang kepala sekolah. Mengapa ini menjadi hal paling menyedihkan? Karena kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan.

Bila kepala daerah dan Kadisdik tertangkap OTT dan masuk penjara itu biasa. Bahkan puluhan kepala daerah dan sejumlah Kadisdik terpaksa menginap di hotel prodeo. Mereka kental dengan urusan politik dan upeti. Urusan politik dekat dengan urusan upeti, mahar, gratifikasi dan sejumlah modus lainnya. Politisasi dunia pendidikan adalah musibah paling menyeramkan dibanding angin puting beliung.

Angin puting beliung hanya bisa menerbangkan dan merusak beberapa rumah. Namun, angin puting beliung politik di dunia pendidikan bisa menghancurkan masa depan peradaban manusia. Bila para kepala sekolah dijadikan sapi perahan sungguh tak beradab. Kepala sekolah bukan sapi, ia manusia. Ia pimpinan satuan pendidikan yang memiliki amanah besar memberadabkan manusia masa depan melalui autoritasnya.

Sungguh menyedihkan bila kisah OTT Cianjur adalah wajah faktual dari hampir semua kisah carut-marut dunia pendidikan kita. Bila semua kabupaten kota pada dasarnya sama seperti di Cianjur, maka dunia pendidikan kita sungguh menyedihkan. Bila semua kepala sekolah di Jawa Barat atau di seluruh Indonesia mengalami hal yang sama, sungguh menderitakan. Kepala sekolah telah menjadi sapi, ini namanya hewanisasi pendidikan.

Politik, kekuasaan, ambisi, nafsu duniawi menjadikan kepala sekolah yang seharusnya dilayani dan dimuliakan malah dijadikan sapi. Betapa racun politik kekuasaan telah menebarkan penyakit di dunia pendidikan kita. Pernyakit itu kemudian menjadi virus mematikan. Bagaimana mungkin ratusan kepala sekolah di Jawa Barat dapat menjadi korban di setiap daerah. Mereka menjadi pengepul, tukang potong anggaran BOS, DAK dll. demi setor pada atasan atau pihak-pihak tertentu. Kasihan para kepala sekolah. Dimuka umum terlihat gaya sebagai pemimpin sekolah namun pada hakekatnya mereka telah menjadi sapi. Sapi politik.

Waspadalah para kepala SMP! Waspadalah para kepala SD Plus Kepala SMA/SMK. Kepala Daerah yang korup, Kadisdik yang eksploitatif bisa menjadikan para kepala sekolah menjadi sapi perahan. Para kepala sekolah melalui MKKS bisa menjadi media “arisan” suap pada atasan atau pada siapapun. Kepala sekolah dan MKKS pada hakekatnya harus lebih berdaulat dibanding para kepala daerah dan Kepala Dinas.

Kepala Daerah dan Kepala Dinas adalah pelayan kepala sekolah, jangan terbalik. Lawan setiap kebijakan yang tidak nalar dan merendahkan derajat pendidikan dan profesi kepala sekolah. Bukan sebaliknya malah berkawan dengan para oknum yang melawan etika dan hukum, rela menjadi sap, udah rela menjadi sapi malah rela diperah lagi, Sungguh menyedihkan.

Siapakah sebenarnya yang paling dirugikan dari tragedi “sapinisasi” di dunia pendidikan kita? Anak didik dan masyarakatlah yang telah menjadi korban dari keganasan sistem dan kultur koruptif. Uang yang mengalir ke atas, tentu bukan uang pribadi para kepala sekolah. Melainkan uang negara yang diperuntukan untuk kepentingan dunia pendidikan di sekolahan.

Uang yang disetorkan dari DAK, BOS dan lain lain adalah uang yang “mengkhitan” semua hak anak didik. Gak kebayang semua anak didik dikhitan. Ini namanya khitanan masal di dunia pendidikan kita. Khitan hak dan fasilitas sekolah bagi anak didik. Sungguh menyedihkan bila sekolahan kotor, kumuh dan tidak menyenangkan bagi anak didik karena terlalu banyak “kisah khitanan”

Mari para Kepala Daerah, Kadisdik, Ketua MKKS, para Kepala Sekolah dan guru untuk menjadi aparatur dan pelayan publik yang baik. Hindari menjadi pribadi yang cerdik, cerdas dan terampil tetapi menjauhi kewarasan dan kemanusiaan. Konon katanya orang yang paling dahulu masuk surga adalah para pemimpin dan para guru. Ini bisa menjadi konon yang bohong, bila realitasnya terjadi anomali dalam wujud sapiisasi dan khitanan masal. Mari bertobat, sebelum pintu tobat tertutup dan nyawa kita dicabut.

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru