Rp.11 Miliar Disiapkan Dinas PUPR Kota Depok Untuk Tangani Bencana Longsor

  • Whatsapp
banner 768x98

Pewarta : Anis M,SE

Koran SINAR PAGI, Depok,- Hujan deras yang mengguyur Kota Depok tiga pekan ini mengakibatkan beberapa wilayah dilanda bencana longsor.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, mencatat sedikitnya ada tujuh titik longsor yang terjadi dalam tiga pekan terakhir ini.

Tujuh titik longsor tersebut, yakni longsor di Jalan Benda Kramat Bukit Cengkeh Cimanggis, longsor di Perumahan Mutiara Depok Sukmajaya, longsor di Tanah Baru, longsor di Kali Cabang Tengah, longsor di Jalan Masjid At Taqwa Pondok Petir, longsor di Permata Regency Citayam, longsor di Jati jajar simpang Depok, dan longsor di Pondok Jaya Cipayung.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, Manto mengatakan pihaknya masih berupaya melakukan penanganan agar longsor tidak melebar. “Hingga saat ini, ada 130 orang Satgas Banjir Dinas PUPR sedang berupaya menormalisasi longsor yang terjadi. Petugas juga mengangkat puing-puing bekas longsor,” ujar Manto di Balai Kota Depok, Selasa (13/11/2018).

Manto mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan dana sebesar Rp.11 miliar yang diambil dari dana pemeliharaan bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR, yang khusus digunakan untuk penanganan longsor di Depok.

“Untuk saat ini kami masih menggunakan dana pemeliharaan untuk beli peralatan pembangunan, beli bronjong, dan perlengkapan lainnya. Jika tidak memungkinkan juga maka kami akan mengajukan BTT (Belanja Tak Terduga) ke Wali Kota Depok untuk anggaran tambah penanganan longsor lebih lanjut sebesar Rp.2,5 miliar, mengingat pada tahun anggaran 2018 dan 2019 tidak ada kegiatan fisik dititik longsor tersebut,” papar Manto.

Dia menegaskan untuk sementara waktu pihaknya juga akan memasang batu beronjong atau batu penahan untuk antisipasi pernambahan titik longsor yang terjadi. “Untuk sementara kami buatkan batu bronjong di titi-titik yang krusial terjadinya longsor, ini kami lakukan agar material tanah tidak terkikis saat hujan maupun imbas dari derasnya aliran sungai,” jelas Manto.

Dia mengungkapkan, rata-rata longsor terjadi karena turap tidak mampu menahan debit air. Ditambah lagi banyak bangunan berdiri diatas garis sepadan sungai (GSS) maupun tebing. Ini menyebabkan beban yang ada diatasnya bertambah sehingga kekuatan tanah berkurang,” ungkapnya.

Menurut pantauannya, dari awal musim penghujan untuk wilayah Kota Depok titik banjir berkurang namun titik longsor bertambah. Dirinya menghimbau, warga agar tidak mendirikan bangunan di jalur GSS. “Jika tanah labil maka akan menyebabkan longsor. Kami mengimbau agar jangan lagi mendirikan bangunan diatas GSS,” tukas Manto.

Sementara itu, Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) telah memberi bantuan 200 bronjong ke Dinas PUPR Depok guna mengantisipasi kembali terjadinya bencana longsor.

“Tadi saya sudah dapat beberapa gambaran untuk penanganan longsor, dan untuk mengatasi sementara diperlukan bronjong. Nanti ada bantuan beronjong dari BBWSCC sebanyak 200 beronjong,” ungkap Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, di lokasi penutupan TMMD di Cipayung, Depok, Selasa (13/11).

Pradi menyebutkan beronjong tersebut akan diletakkan di perlintasan sungai yang merupakan wilayah rawan longsor. “Enggak bisa dipungkiri wilayah-wilayah yang menjadi perlintasan sungai ini kita waspadai. Resiko untuk longsor itu bisa kapan saja terjadi. karena memang ini sudah bulan-bulannya, curah hujan tinggi, debit air tinggi,” tuturnya.

Saat ditanya mengenai, kejadian longsor susulan yang kemungkinan terjadi, Pradi menyebutkan pihaknya telah siap melakukan antisipasi.

“Tentu kami sudah lakukan upaya koordinasi dengan dinas terkait, dan kami juga sudah pantau beberapa titik yang memang dianggap rawan. Dan terkait hal itu kami juga telah membentuk tim satgas banjir, karena ini telah memasuki musim hujan disertai angin kencang,

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90