Pewarta : Tim Investigasi
Koran SINAR PAGI, Ogan Ilir,- Kondisi Pasar Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir sangat memprihatinkan. Pasar yang menjadi salah satu penyumbang terbesar PADS, ternyata kondisinya tidak terawat.
Bahkan banyak pedagang kaki lima (PKL) Membangun kios di pinggiran jalan Umum depan pasar banyak kios-kios pedagang kaki lima yang berjualan dipinggir jalan lintas dan ditengah terminal.
Kondisi pasar membuat pemandangan pasar tak nyaman,pasar semakin semrawut dan amburadul. Kini kondisi pasar tidak lagi nyaman dan begitu juga kantor pasar ini tak pernah terawat dan direnovasi oleh pemkab Oi padahal pendapatan hasil Distribusi dari pasar ini cukup besar Rp.25 jt per bulan untuk setor ke Pemkab OI.
Kepala pasar jarang ada ditempat karena sudah sekian kalinya tidak pernah ada ditempat untuk konfirmasi, akhirnya tim investigasi bisa bertemu juga.
Menurut kepala pasar, Suratman saat dikonfirmasi mengatakan, ia jarang ngantor di karenakan tinggal di Kota Palembang, untuk pulang pergi Ke kantor Pasar Tanjung Raja Sangat jauh dan memerlukan ongkos dan biaya.
Sedang menurutnya seseran dari pasar tak ada, “kalau tiap hari ngantor tak cukup gaji sebulan untuk biaya ongkosnya saja, makanya saya jarang-jarang saja ngantornya,” ujarnya.
Untuk kantor pasar tidak pernah ada renovasi atau pembangunan yang baru, kondisi bangunannya sudah tak layak
karena tanah kantor pasar ini masih milik kantor pos,”Karena masih numpang bukan milik Pemkab Oi, jadi tak boleh di perbaiki atau di renovasi ” kata kepala pasar.
Lanjut Suratman, pendapatan pasar dibulan ini dan lebaran kemarin Sangat ramai tetapi pengasilannya masih tak berubah masih tetap sama seperti hari-hari biasa,
“Untuk karsis Retribusi itu ada dua macam retribusi Umum Rp.1500 dan retribusi sampah Rp.1.000, untuk karcisnya juga tersedia dua macam karsis Putih dan Kuning, untuk Satu Bula karsis Putih 100 bal dan Kuning sama 100 bal kalau dijadikan uang dalam satu bulan sekitar Rp.25 juta per bulan hasil Distribusinya.
Untuk kios-kios dan parkir tersebut bukan pegangan pasar untuk parkir itu setornya ke Dishub dan untuk kios kami hanya pungut uang kebersihannya saja masalah izin berdiri kios-kios tersebut, seperti kios-kios kaki lima tidak ada izinnya dari pihak pasar, yang kami tau menurut masyarakat yang memegang kios-kios itu ada Premannya oknum polisi dibaliknya,” ungkapnya
Pihak pasar harus ditekankan menghabiskan karcis dalam satu bulan, kalau karcis tidak habis maka pihak pasar harus menutupi kekuranganya tersebut katanya.
Ditemui terpisah, salah satu tenaga honorer TKS pasar tanjung Raja mengeluhkan kepada Pemkab OI, umurnya sekarang sudah 47 tahun dan ia sudah hampir 15 Tahun mengabdikan berkerja di pasar ini dari gaji Rp.250 ribu per bulan, untuk tahun ini naik menjadi Rp.500 ribu per bulan sampai sekarang ini,
“Padahal saya masuk kategori golongan 2 layak pengangkatan, kepada pemerintah pusat atau daerah supaya ada Toleransinya kepada saya untuk Pengakatan(PNS)”, ujar Honorer TKS sedikit sedih,
Terlihat Komunikasi antara pedagang dan pengelola pasar tidak berjalan lancar. Penyebabnya kantor pasar Tanjug Raja Kabupaten Ogan Ilir ini tidak memiliki fasilitas telepon.
Mengherankan memang, Pedagang kalau ada urusan dengan kepala Pasar sulit untuk ditemui karena jarang berada dikantornya dan lebih sering berada di Kantor Pemda OI.
Lama-kelamaan pedagang malas harus naik-turun. Untuk efektivitas kerja, mestinya cukup dibicarakan lewat telepon. Tapi kantor tidak memiliki fasilitas telepon.
“Kami menghimbau Pemkab OI minta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja untuk penertiban lingkungan pasar, pasalnya jika kondisi dibiarkan semrawut dan PKL banyak dibiarkan masuk, akan mengganggu harmonisasi kehidupan pasar dan lalulintas kendaraan bermotor karena kios-kios banyak berdiri dipinggir jalan Umum lintas timur, sangat rawan kecelakaan,” ucapnya.
Menurut pantauan, Saat ini sudah banyak pedagang mengeluh. Sebab PKL dari luar yang masuk hanya diwajibkan membayar retribusi. Adapun pemilik kios/toko dan los di pasar, selain membayar sewa tahunan juga dikenai retribusi harian serta iuran kebersihan.
Harapan pedagang mengusulkan agar 40% dari pendapatan yang diperoleh dari pasar dikembalikan lagi untuk biaya perawatan ataupun rehab pasar.