Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua PGRI Kota Sukabumi)
Pemerintah Provinsi Jawa Barat didapuk Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan pengahargaan Parasamya Purnakarya Nugraha. Penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi dari Presiden kepada Provinsi/Daerah Tingkat I dan Kabupaten/Kotamadya/Daerah Tingkat II yang menunjukkan hasil karya tertinggi pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.
Terlepas dengan segala kekurangannya sebagai manusia biasa, Saya kagum pada sosok Kang Aher. Kekaguman Saya pada sosok Kang Aher berawal dari performa sederhana yakni saat Ia menjadi imam sholat dan memberi khutbah. Sungguh indah melihat pemimpin menjadi imam di ritual dan “imam” di birokrasi. Khutbah di mimbar mesjid dan memberi “khutbah” di mimbar birokrasi. Kekaguman berikutnya karena Ia adalah “orang kampung” tetapi tidak ngapungan malah ngota dan mampu menjadi pemimpin terbaik dalam dua periode di provinsi terbesar di Indonesia.
Saya hanya seorang pendidik yang sering mengkaji dan menganalisa dinamika dan fenomena zaman sebagai bahan pembelajaran kehidupan, terutama untuk bahan diskusi dengan peserta didik jenjang pendidikan menengah dan para sahabat di organisasi profesi guru. Alangkah indahnya seorang Gubernur Jawa Barat diapresiasi oleh Presiden karena prestasi kepemimpinannya. Jauh akan lebih indah lagi sebenaranya bila Kang Aher didaulat Jokowi untuk mendampinginya dalam Pilpres 2019.
Tidak menutup kemungkinan Kang Aher menjadi alternatif wakil calon presiden Jokowi bila Prabowo tidak menjadikan kader PKS menjadi wakil presidennya. Bukankah dahulu Hata Rajasa dari PAN yang mendampingi? Bukankah saat ini PKS ingin agar “bergiliran” kebagian mendampingi Prabowo menjadi wakil presidennya? Jangan-jangan saat menjelang tahun 2019 kader PKS akan “ditendang” kembali dan memilih calon dari PAN kembali? Bagi sebagian kader PKS hal ini adalah “penghianatan” politik yang telah dibangun dalam koalisi.
Bila PKS merasa disakiti oleh Gerindra padahal sudah “sama pahit-sama manis” sebagai partai oposisi, disakiti dengan tidak menggandeng Aher atau Anis Matta. Dunia persilatan politik koalisi khusus antara Gerindara dan PKS akan menjadi lain.
Sekali lagi bila Prabowo tidak menempatkan Aher sebagai wakil presiden maka cerita politik 2019 akan menjadi lebih hangat dan menyengat. Lebih hangat lagi bila Jokowi memilih Aher sebagai wakil presiden. Memang terlihat seperti tidak mungkin PDI dengan PKS bergandengan. Namun, Jokowo sangat mungkin melakukan itu.
Menurut Saya sebagai guru yang mempelajari gejala, fenomen politik di negeri Jawa Barat, sosok Aher sangat representatif untuk dipinang sebagai wakil presiden. Baik oleh Prabowo ataupun oleh Jokowi. Aher adalah “kado” rakyat Jawa Barat yang akan mendominasi suara pemilih di Pilpres 2019. Sungguh beruntung bagi kedua calon presiden bila Aher dapat dipasangkan untuk mengkatrol suara pemilih. Pemilih ideologis PKS se Indonesia dan pemilih gemuk Jawa Barat akan mengalir pada pasangan yang ada Ahernya.
Ada ungkapan iklan minuman populer yang mengatakan “Apapun makanannya, minumannya teh botol sosro”. Ungkapan ini rada nyambung dengan euforia Pilpres 2019 bagi PKS dan sebagian rakyat Jawa Barat yakni “Siapapun Presidennya, wakilnya Kang Aher”. Bahkan dalam koran Inilah Koran halam 8 yang terbit hari Sabtu tanggal 28 April memberikan judul besar “Aher Potensial Jadi Capres”.
Aher adalah “Duta Sunda” bukan hanya warga partai politik PKS. Keinginan kolektif orang Sunda agar ada yang duduk di pusat sebagai Presiden dan wakil presiden adalah keinginan laten dan mimpi masif dalam benak rakyat Sunda Jawa Barat.