Oleh : Dr (Cand) Dudung Nurullah Koswara, M.Pd
(Ketua PGRI Kota Sukabumi)
Tidak hanya di media cetak dan maya, sudut warung kopi, tempat parkir, pangkalan ojeg bahkan di beberapa ruang tertentu masyarakat Kota Sukabumi mulai terbiasa menyitir sekaitan Pilwalkot Sukabumi tahun 2018. Sebagai seorang guru penulis mulai merasakan adanya geliat hangat di publik Kota Sukabumi sekaitan siapa yang akan memimpin Kota Sukabumi pasca Pilwalkot bulan Juni 2018.
Penulis mengajak pada semua msyarakat Kota Sukabumi jadilah “Tim Sukses”, kita semua harus menjadi bagian dari suksesnya Pilwalkot Sukabumi. Kita semua harus ikut mensukseskan jalannya Pilwalkot Kota Sukabumi. Geliat pra dan pasca Pilwalkot Sukabumi harus menjadi representasi dari publik Kota Sukabumi yang cerdas, waras dan beretika.
Kita semua harus menjadi tim sukses secara kolektif dan tidak harus mengkristal dalam wadah-wadah, komunitas dan tim khusus yang terstruktur terorganisir. Kita harus mendukung secara penuh perjalanan proses demokrasi Pilwalkot Sukabumi. Kita jadikan Pilwalkot Sukabumi sebagai pembelajaran kolektif berdemokrasi. Suasana pra dan pasca Pilwalkot adalah wajah masyarakat Kota Sukabumi.
Hindari adanya “Sukses Tim”, mengapa? Karena beda antara tim sukses dengan sukses tim. Kita semua warga Kota Sukabumi adalah “Tim Sukses” untuk mendukung terciptanya Kota Sukabumi yang cerdas, sehat dan sejahtera dalam berbagai hal termasuk di nuansa Pilwalkot. Sukses Tim identik dengan kelompok yang hanya mengutamakan citra kelompok saja bahkan terkadang berkhianat pada calon yang diusungnya. Uang dan fasilitas menjadi prioritas sukses timnya, calonnya dihisap uangnya namun tak sebanding dengan suara yang dijanjikan.
Sukses Tim hanya mengkristal dalam kelompok tertentu. Bahkan bisa terjadi komunitas-komunitas sukses tim menjadi mafia demokrasi. Sukses tim dapat melakukan apa saja demi timnya. Sukses tim bisa menjadi kesuksesan kelompok yang tidak mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya dalam skup lebih makro. Sukses tim sebaiknya mulai ditiadakan dan bertransformasi menjadi tim sukses bersama.
Kembali pada pada wacana Tim Sukses. Sebagai pendidik dan pengurus organisasi profesi penulis memiliki tanggung jawab moril untuk ikut menjadi Tim Sukses dalam mengedukasi publik Kota Sukabumi sekaitan Pilwalkot. Memberikan pencerahan informasi demokrasi lokal Pilwalkot, menjelaskan suasan ideal saat Pilwalkot, menjelaskan tipe dan karakter peserta Pilwalkot, mendorong terciptanya Pilwalkot yang santun, mendorong hadirnya para pemilih yang beretika dll., adalah bagian dari tugas kita semua termasuk penulis sebagai pendidik.
Pendidik, guru dan bahkan para ustad memiliki tugas formal mendidik dan mengajar di ruang kelas/madrasah. Namun, para pendidikpun memiliki tugas secara non formal untuk mendidik dan mengajar di ruang publik. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat sekaitan dinamika yang sedang berkembang. Termasuk dinamika demokrasi politik lokal Pilwalkot. Para guru harus mampu menjadi penerjemah dinamika demokrasi lokal, plus peneduh dan pencerah demokrasi, agar tidak terjadi Pilwalkot yang gaduh, saling menghujat bahkan memfitnah. Para guru harus hadir menjadi guru non formal di masyarakt dengan segala keterbatasannya.
Masyarakat Kota Sukabumi marilah kita semua menjadi Tim Sukses Pilwalkot. Sukses bersama, bersama sukses menuju kesejahteraan bersama yang diawali dengan terpilihnya pemimpin yang berani, waras dan adil. Semoga Pilwalkot Sukabumi yang akan datang menjadi contoh dari proses demokrasi lokal yang cantik, menarik, jauh dari gaduh dan fitnah. Saling menjatuhkan, membuka aib calon dan mengorek-ngorek kesalahan masa lalu adalah mental “sukses tim” yang harus dihindari.
Mari kita semua hadir menjadi fajar penerang yang gandrung pada etika dan keadaban bukan menunggu “serangan fajar” dan menyerang sisi lemah lawan. Imanmu jangan diaborsi dan terpolusi oleh syahwat politik yang terkadang menggelincirkan. Agama menyuruh kita husnudhon bukan suudhon. Bila dalam proses politik meraih kekuasaan kejujuran adalah kebodohan dan kecerdikan, kejahatan dibolehkan maka akan sampai kapan negeri kita menjadi lebih baik.