Pewarta : Avenk
Koran SINAR PAGI, Sukabumi
Menanggapi pernyataan Koirdinator aksi mogok sopir angkot, yang menyebutkan,”Kota Sukabumi belum membutuhkan alat transportasi berbasis online,” dalam aksi menuntut Pemerintah Kota Sukabumi agar bertindak tegas dalam penerapan SK Walikota Sukabumi tentang pembekuan alat transportasi berbasis online, dibantah keras oleh Nina C, warga Perumahan Cipoho Indah.
Menurutnya, keberadaan ojek ataupun go car dirasa sangat membantu, selain nyaman ongkos yang dikeluarkan pun lebih murah,”Saya pernah carter angkot dari Perum Cipoho ke Statsiun KA, sopir angkotnya meminta ongkos Rp.60 ribu untuk 7 orang penumpang, tapi ketika menggunakan gocar untuk jarak dan tujuan yang sama saya cukup membayar Rp.10 ribu untuk 7 orang,” ucapnya berapi – api.
Namun karena pelayanan yang bagus lanjutnya, dia rela memberi tambahan ongkos jadi Rp.30 ribu, tambahnya.
“Naik Gocar ke Daerah Cicurug juga cuma bayar ongkos Rp.70 ribu, coba kalau pake mobil sendiri, bensin Rp.100 ribu, bayar sopir Rp.100 ribu, ditambah biaya makan, minum dan rokok sopir Rp.50rb jadi total Rp.250 ribu,” katanya lagi.
Kesimpulannya, kata Nina, alat transportasi jenis ini sangat membantu warga,”Ini perkembangan jaman dari generasi X. lalu generasi Y dan sekarang generasi I, hal itu udah gak bisa dielakkan lagi, dan persingannya semakin ketat,” ujarnya.