Pewarta : Jeky E Saepudin
Koran SINAR PAGI, Sumedang
“Allahuakbar..Allahuakbar..Allahuakbar Walilahilham..”, gema takbir yang dikumandangkan jutaan umat Islam sejak tadi malam terus bergema hampir di seluruh pelosok negeri hingga menjelang sholat Idul Adha.
Takbir yang dikumandangkan menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 H yang jatuh pada hari Jumat ( 1/9) itu seolah megandung magis tersendiri bagi umat Islam yang nengimaninya, pasalnya dalam takbir itu mengandung nilai perjuangan seorang bapak yang sedang diuji keimanannya oleh Allah SWT.
Nabi Ibrahim As seorang ayah yang sangat menyayangi putra nya Nabi Ismail As, harus menerima ujian berat saat Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih anak kesayangannya tersebut sebagai bentuk kepatuhan terhadap Tuhan nya.
Walaupun akhirnya ia lolos dari ujian itu, tapi hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi Nabi Ibrahim saat itu sangat menginginkan di usia senjanya untuk mendapatkan seorang putra lahir ke dunia melalui istrinya Siti Hajar.
“Apalagi pada saat itu Nabi Ibrahim sangat mendambakan sekali seorang putra sebelum anaknya yang lain (Nabi ishak) lahir’, ujar ustad Endang di mimbar masjid.
Itulah gambaran seorang manusia yang rela berkorban untuk perintah suci dari Yang Maha Kuasa walau disaat detik-detik Nabi Ismail As disembelih, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba, papar Ustad Endang lebih lanjut.
Demikian intisari dari peristiwa Hari Raya Idul Qurban, seperti diungkapkan Ustad Endang dalam khotbahnya di Masjid Al – Bukhori Dusun Cicelot Desa Mandala Herang, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
