Pewarta : Juliyanto
Koran SINAR PAGI, Kabupaten Pali
Akibat harga komoditi karet yang turun drastis hingga mencapai 65% – 75% sejak 2010 lalu, tak pelak membuat ribuan petani karet di Desa Sukamanis Kabupaten Pali menjerit, pasalnya harga getah karet yang semula Rp.20 ribu/Kg, kini hanya Rp.6.300 – 6.500/Kg perminggu dari tangan petani karet, sementara untuk getah karet yang disadap 2 – 3 hari dihargai antara Rp.4.800,- hingga Rp.5.000,-.
seperti dikatakan Muntis (40) warga Desa Sukamanis yang sehari – hari bekerja sebagai petani karet, ia mengaku hanya mendapat 50% dari pendapatan normal akibat musim kemarau dan musim daun balam gugur,”Perminggu saya hanya mendapat 50 kg, itupun dibagi dua dengan yang punya kebun, dari situ saya hanya mendapat Rp.125 ribu/minggu,” ucapnya.
menurutnya, uang yang diperolehnya tersebut sangat jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, terlebih dia harus membiaya 2 anak yang salah satunya masih bersekolah, “Seringkali anak tidak saya beri ongkos dan uang jajan saat pergi ke sekolah,” keluhnya, seraya berharap pemerintah dan para wakil rakyat peduli akan nasib para petani karet.
Hal senada disampaikan Irlan (35), warga Desa Sukamanis lainnya,”Harga karet di desa kami sangatlah murah, kami baru bisa mendapat untung kalau mendapat 100 Kg, itupun kalau kita punya balam (kebun), sementara bagi pemantang (penyadap) seperti kami, hasil tersebut harus dibagi 3 (tiga) dengan pemilik balam, saya berharap kepada pemerintah, tolong kembalikan harga karet kami,” pintanya.
Saat dimintai tanggapannya terkaitkeluhan warga tersebut, Titih Widjonarko,SP, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Kecamatan Abab dan Tanah Abang, Kabupaten Pali, Selasa (15/08) menjelaskan,”Mengenai harga karet yang murah tidak akan pernah terselesaikan bila tidak didukung oleh asosiasi – asosiasi,” katanya.
menurut dia, pemerintah pusat harus segera membenahi sistemnya seperti yang dilakukan oleh Bulog,”Bulog kan milik pemerintah dan karet juga sama, kalau sistem pengelolaan karet seperti Bulog, petani karet mungkin bisa sejahtera ” ucap Titih.