Pewarta : Yona
Koran SINAR PAGI, Pandeglang
Sejumlah nelayan beserta perwakilan dari beberapa element masyarakat Desa Teluk, Kecamatan Labuan menghadiri acara musyawarah dan koordinasi antara masyarakat pesisir dengan korporasi dan pemerintahan di Hotel Kharisma Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, Rabu,(17/05).
Acara yang dihadiri oleh para Muspika setempat, perwakilan Koramil, Kepolisian, serta para kepala desa di Kecamatan Labuan dan sekitar 100 warga perwakilan nelayan Desa Teluk serta petugas syahbandar, untuk membahas tentang pendangkalan muara serta permasalahan tali buih kapal tongkang batu – bara yang sering mengakibatkan kecelakaan bagi para nelayan.
Saat acara berlangsung, Ade Bideng seorang perwakilan dari masyarakat nelayan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak Syahbandar tentang “Kertas aduan belumur air mata” yang selama ini belum ditanggapi oleh pihak Syahbandar Pelabuhan, yang dinilai banyak merugikan para nelayan serta tidak ada nya kejelasan dan langkah antisipasi lanjutan untuk menangani masalah yang dikeluhkan warga nelayan Desa Teluk.
Selanjutnya pembahasan yang banyak mendapat perhatian dari seluruh peserta yang hadir kala itu adalah tentang ada nya tali buih kapal tongkang pengangkut batubara yang berada di jalur lintas perahu nelayan yang sering mengakibatkan patah nya kipas dan as kipas perahu akibat menabrak tali jangkar kapal tongkang pengangkut batubara tersebut.
Menurut kesaksian beberapa perwakilan nelayan, tali pengikat Kapal Tongkang yang membentang sepanjang 50 m dan mengapung diatas permukaan air laut dengan di topang oleh pelampung tidak memiliki lampu penerangan yang menjadi tanda keberadaannya dikala malam hari, untuk menghindari kecelakaan saat perahu nelayan melintas,”Jelas itu jauh dari standar operasional,” kata Endin Fahrudin, Kepala Desa Teluk, seraya berbagi pengalamannya yang pernah berlayar keluar negeri.
Menjawab semua pertanyaan yang diajukan peserta musyawarah, Baitul Makmur, mewakili Kepala Syahbandar Pelabuhan Labuan yang tidak berkesempatan hadir dalam acara bersikukuh bahwa semua itu sudah sesuai prosedur, ucapnya yang disertai dengan alibi – alibi yang kurang bisa difahami oleh nasyarakat nelayan yang hadir.
Merasa dari pernyataan Baitul ada sesuatu yang disembunyikan, suasana musyarawah sontak berubah riuh dan terasa kian memanas hingga terjadi perdebatan sengit antara masyarakat dan petugas Syahbandar.
Akibat tidak mampu menahan emosi, salah satu perwakilan masyarakat yang hadir melempar petugas syahbandar dengan botol air mineral dan mengusirnya,”Kalau memang anda tak mampu menjawab, silahkan keluar dari rapat ini, hanya menyita waktu kami saja,” ujar Bideng.
Mendapati hal demikian, Parsono GM PLTU 2 Labuan berupaya menengahi untuk meredam suasana agar tidak terjadi hal hal yang bersifat anarkis dan berjanji akan segera meninjau serta menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan warga nelayan Desa Teluk Labuan, sambil berusaha menahan perwakilan petugas Syahbandar agar tidak keluar dari ruangan tersebut.