Malu Jadi Guru PNS

  • Whatsapp
banner 768x98

Oleh : Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd (Dewan Pembina PGRI)

Seorang guru SMAN dan sedang melanjutkan kuliah S3 mengatakan, “Saya malu menjadi ASN”. Saya tanya, “Mengapa malu Pak?”. Ia menjawab, “Malu sama pemerintah yang cukup baik, sementara kinerja Saya belum maksimal sebagai PNS”.

Ia mengatakan, “Saya dapat gaji pokok, TPG, TPP, THR, Gaji ke 13 dan maslahat lainnya dari pemerintah”. Pemerintah telah dan sangat baik bagi para PNS. Ia pun menyatakan sungguh malu kalau kinerja kita sebagai PNS tidak sesuai harapan standar pemerintah.

Ia mengatakan mari kita jawab pertanyaan berikut. Pertanyaan sederhana berikut menurutnya harus dijawab para guru PNS. Apakah bekerja menjadi guru PNS panggilan hati? Apakah berangkat kerja tidak selalu kesiangan? Apakah anak didik dicintai dan mencintai kita? Apakah kita punya karya dan prestasi?

Selanjutnya, apakah kita harmoni dan menjadi teamwork dengan sejawat? Apakah kita proaktif dan taat pada pimpinan sekolah? Apakah kita mampu memberi kontribusi positif pada sekolahan? Apakah kita selalu semangat berangkat kerja? Apakah kita memiliki militansi sekolahan atau smangat menjaga kedaulatan sekolah?

Sejumlah pertanyaan akan muncul untuk meng asesmen posisi kita sebagai guru PNS. Baginya para guru PNS harus banyak bersyukur atas posisinya hari ini. Satu juta lebih orang bermimpi, bercita cita dan menginginkan pekerjaan sebagai guru PNS. Jangan lupa tasyakur, katanya.

Apalagi menjadi guru PNS malah nyinyir pada pemerintah, menurutnya sangat sangat terlalu. Masih ada tipe guru PNS yang impoten apresiasi pada pemerintah tapi ereksi pada kritik dan nyinyiran. PNS tipe ini salah posisi, harusnya masuk partai dan jadi oposisi. Menurutnya demikian.

Guru PNS yang merasa malu ini adalah lulusan UPI dan Unpad. Kini Ia pun sedang melanjutkan kuliah program doktoral manajemen pendidikan. Ia melanjutkan kuliah sesuai “perintah” pemerintah agar meningkatkan kompetensi dan jenjang belajar. Uang dari pemerintah dibelanjakan pada peningkatan kompetensi.

Karena Ia merasa malu dan merasa bodoh maka Ia melanjutkan kuliah S3 dan selalu datang ke sekolah sebelum siswa dan guru lain datang. Ia merasa perlu “bersyukur” dengan memperbaiki diri, bekerja lebih baik. Berhamba pada anak didik sebaik baiknya.

Menurut guru besarnya di program S3, Ia punya wasiat dua. Pertama jaga Islam dan ke dua jaga Nusantara. Lalu Ia tambahkan yang ke tiga, jaga anak didik agar mampu hidup di masa depan sebagai pemenang kehidupan bukan pecundang dari bangsa bangsa lain. Generasi emas akan muncul bukan dari guru kaleng kaleng.

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90